Perkembangan zaman dan moral seorang pelajar


      Perkembangan zaman yang semakin pesat dan teknologi semakin canggih, seringkali juga membawa pengaruh  negatif terhadap kaum remaja, khususnya mereka yang masih duduk di bangku sekolah. Kenakalan pelajar berupa membolos sekolah, narkotika dan seks bebas, kini masalah tersebut semakin bertambah, apalagi akhir akhir ini ada beberapa kejadian yang sangat di sayangkan. Seperti di sekolah A seorang murid terang terangan melawan guru bahkan berani menentang dan memukul gurunya.
       Perilaku lain yang tak kalah mengkhawatirkan, yakni lebih memilih berteman lewat dunia maya dibandingkan dunia realita. "Ini berkembang pada generasi melenial sampai generasi alpa, yang memang sudah sangat akrab dengan gadget,   Hal-hal negatif ini perlu diantisipasi dan dicegah karena  berdampak buruk, selain bagi diri sendiri juga kepada orang lain. "Dari sini kita perlu memperkenalkan bahayanya",  Sebagai remaja yang berpendidikan seharusnya bersikap yang menggambarkan orang yang berpendidikan.
menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan, memuliakan guru karena ketinggian ilmunya, sehingga diatur adab-adab seorang murid terhadap gurunya, tanpa adab itu maka transfer ilmu akan tidak ada artinya, karena akan mental semuanya, proses belajar berlangsung tanpa makna.    Sebuah tantangan besar di dunia pendidikan saat ini dimana guru di kelas bukanlah satu-satunya sumber ilmu, karena pelajar bisa langsung mencari di internet tentang segala sesuatu yang sedang dipelajari, informasi yang diberikan oleh “mbah google”  menjadikan pelajar dapat mengkritisi langsung guru yang tidak tepat menyampaikan ilmunya.  Bagi pelajar yang tidak berakhlak maka dengan serta merta akan menghina gurunya karena ia merasa lebih tahu. Kesombongan ini akan menjadikan pelajar tertutup pintu hatinya, sehingga akan semakin sulit nilai-nilai kebaikan yang disampaikan guru/dosennya meresap ke dalam dirinya.
Pertama, budaya baca sangat rendah. Seluruh masyarakat Indonesia lebih senang dan terlihat bergengsi ketika menggenggam HP/Smartphone/Tablet dan sejenisnya daripada memegang buku atau sumber pengetahuan/bacaan lainnya.
Kedua, forum diskusi yang kian dihindari. Tidak sedikit rakyat Indonesia lebih senang bergosip mengenai selebritis daripada berdiskusi tentang perjuangan para pahlawan, sirah nabawiyah, ilmuwan dan sebagainya, hal ini diperparah dengan hampir seluruh channel TV di tanah air menayangkan program infotainment.

Ketiga, peran keluarga yang kurang dominan. Keluarga tidak bisa lepas dari tanggung jawab terhadap akhlak bagi anak-anaknya. Sehebat apapun seseorang, pastilah ia berasal dari keluarga. Pola didik dan pola asuh dari orangtua pastilah sangat berefek. Tapi jika keluarga itu terjadi broken home, maka alamatnya setiap anggota keluarganya akan sibuk dengan urusannya masing-masing di luar rumah karena tidak betah (tidak enjoy) tinggal di rumah yang broken home.

Keempat, jauhnya masyarakat dari agama. Agama bukan lagi jadi pegangan, tapi hanya mata pelajaran satu minggu sekali saja di sekolah. Merasa tidak berdosa sama sekali jika meninggalkan shalat. Namun akan merasa ada yang kurang jika satu hari tidak memegang HP.

Kelima, mengidolakan orang yang salah dan bermasalah. Sebut saja selebritis, yang jelas-jelas punya kepribadian buruk, tetap saja disanjung dan dipuja tiada henti. Faktanya, berapa banyak selebriti di tanah air yang tersangkut masalah hukum. Rasulullah Saw. seakan tergeser ribuan kilometer, beliau sebagai teladan yang harusnya dicontoh seakan tergeletak pada kisah-kisah nabi dalam buku-buku Islam semata.

Tak dapat dipungkiri memang, perkembangan media massa dan teknologi begitu cepat sehingga sekat-sekat batas negara menjadi hampir tidak ada, karena kemajuan teknologi. Hanya dengan mengakses internet ataupun menonton media televisi, setiap orang dengan mudah mendapatkan informasi dari belahan dunia hanya dengan hitungan detik. Namun, kemajuan teknologi tersebut ibarat ‘pisau bermata dua’, bisa menguntungkan, bisa merugikan. Misalnya, sebagai dampak pengadopsian budaya luar yang berlebihan dan tak terkendali oleh sebagian remaja. Persepsi budaya luar ditelan mentah-mentah tanpa mengenal lebih jauh nilai-nilai budaya luar itu secara arif dan bertanggung jawab.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proposal Praktek Kerja Lapangan Agroekoteknologi

MAKALAH PENYIMPANAN BENIH