Bahan Bakar Nabati



BAB I
PENDAHULUAN 

A.  Latar Belakang

Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia akhir-akhir ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya angkutan transportasi berbahan bakar minyak dan mesin lainnya yang menggunakan bahan bakar minyak. Tingkat konsumsi BBM dibandingkan dengan cadangan minyak bumi yang tersedia mengakibatkan sumber minyak bumi Indonesia diperkirakan akan habis dalam 15 tahun mendatang. Untuk itu perlu pencarian sumber alternatif melalui diversifikasi energi dari bahan bakar nabati (BBN) dan jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar nabati (BBN).
Selain karena sebab di atas, gagasan mengembangkan sumber bahan bakar nabati (biofuel) yang bersifat terbarukan (renewable) juga dikarenakan bahan bakar yang digunakan saat ini (bahan bakar fosil) menyumbang kontribusi besar terhadap pencemaran udara yang pada penggunaannya menghasilkan emisi CO2, CO, HC, Nox, SPM dan debu yang tidak ramah lingkungan sehingga dibutuhkan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
Bahan bakar nabati berasal jarak pagar memiliki beberapa kelebihan. Keuntungan yang dimiliki jarak pagar dibandingkan dengan tanaman lainnya karena tanaman ini hanya memiliki sedikit fungsi lain dan terbatas, sehingga persaingan penggunaannya juga terbatas. Selain ramah lingkungan minyak jarak pagar bukan termasuk minyak yang dapat dimakan (edible oil) sehingga harga bahan bakunya lebih murah dan tidak bersaing dengan pangan (Puslitbangbun, 2007).
B. Rumusan Masalah
1.    Apakah jarak pagar layak untuk dibudidayakan?
2.    Bagaimana syarat lahan untuk budidaya jarak pagar?
3.    Apa manfaat budidaya tanaman jarak pagar?

C. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui segala hal yang berhubungan dengan jarak pagar dan budidayanya serta potensinya sebagai sumber bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA 

A.  Pengertian Bahan Bakar Nabati 

Seperti tercantum dalam Inpres No.1 dan Perpres No.5 tahun 2006, biofuel diterjemahkan sebagai “bahan bakar nabati” (BBN). Dalam ensiklopedi Indonesia 4 (1993), Bahan bakar nabati diartikan sebagai minyak lemak yang berasal dari tumbuhan. Kita harus bersyukur , Indonesia sangat kayak arena memiliki 60 tumbuhan yang dapat menghasilkan BBN sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM). Namun, sesuai dengan Inpres dan Perpres diatas, saat ini hanya 4 tanaman yang diprioritaskan, yakni kelapa sawit, jarak pagar, tebu dan singkong.

Dalam bahasa Indonesia, cukup banyak istilah yang sepadan dengan kata “biofuel”, seperti berikut :

·           Bio-energi. Kamus pertanian (1971) mengemukan,”energy” adalah sumber daya pembangkit gerak kerja, sedangkan “bio” diartikan sebagai organism atau makluk hidup. Dengan kata lain, bio-energi adalah sumberdaya yang berasal dari makluk hidup, yakni tumbuhan, hewan dan fungi.

·            Energi hijau, sumber daya yang berasal dari tumbuhan yang dilambangkan dengan warna hijau.

·           Energi terbarukan, energy yang berasal dari bahan yang ditanam (baca:tumbuhan) yang dibudidaya oleh manuasia dan selanjutnya dipanen dan diolah menjadi bahan bakar secara berkesinambungan. 

 Selanjutnya bahan bakart nabati dipilah menjadi dua bagian besar yakni biodiesel dan bioatanol. Biodiesel, lebih tepat disebut FAME (fatty acid methyl ester), merupakan BBN yang digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin diesel sebagai pengganti solar. BBN ini berasal dari minyak nabati yang dikonversi melalui reaksi fisika dan kimia sehingga secara kimia sifatnya sudah berubah dari sifat aslinya. Saat ini pertamina telah mengeluarkan produk semacam itu dengan merek dagang Biosolar yang merupakan hasil pencampuran FAME dengan solar biasa (petrosolar). 
Bio-etanol adalah etanol yang diperoleh dari proses fermentasi bahan baku yang mengandung pati atau gula seperti tetes tebu dan singkong. BBN ini digunakan sebagai pengganti premium (gasoline). Etano yang dapat digunakan sebagai BBN adalah alcohol murni yang bebas air (anhydrous alkohol) dan berkadar lebih besar dari 99,5%, atau disebut fuel grade athanol (FGE). Campuran premium dan FGE disebut gasohol. Di Indonesia, Pertamina memberikan merek dagang Biopremium uantuk produk tersebut. Belakangan ini sering terdengar istilah Bio-oil, PPO (Pure Plant Oil), Biokerosin, green diesel dan Triple Track Strategy, Strategi penyediaan Sumber Energi Alternatif.

·           Bio-oil adalah BBN yang berasal dari konversi kayu atau lignoselulosa lain dari jarak pagar seperti cangkang (tempurung/kulit biji) yang diubah menjadi bentuk cair. Pengubahan tersebut dilakukan melalui proses pirolisa eksplosif tersebut dilakukan melalui proses pembakaran dengan (fast pyrolysis) atau proses pembakaran dengan udara terbatas pada tekanan tertentu (thermo chemical liquefaction). BBN ini digunakan dengan cara dibakar langsung sebagai pengganti minyak residua tau minyak bakar dan minyak tanah.

·            PPO (pure plant oil) adalah minyak nabati yang telah malalui proses pemurnian seperti proses degumming (penghilangan getah) dan penyaringan. Pada proses pembuatan PPO tidak diperlukan proses bleaching (pemucatan) dan deodorisasi (penghilang bau) seperti pada proses pembuatan minyak goring, karena PPO ditujukan sebagai subtitusi bahan bakar mesin diesel ”tidak bergerak” seperti genset. Viskositas PPO umumnya masih sekitar 30-40 cst, sehingga diperlukan converter untuk menurunkannya.

·           Biokerosin merupakan minyak nabati yang ditujukan sebagai pengganti minyak tanah. Minyak nabati ini juga dikenal sebagai minyak kasar karena belum mengalami proses pemurnian dan hanya mengalami proses  penyaringan dengan saringan 3 mikron. Viskositas biokerosin juga masih tinggi. Karena itu, bentuk kompor yang digunakan harus dimodifikasi untuk memudahkan pengaliran minyak ke sumbu kompor.

·           Green diesel merupakan bahan bakar yang berasal dari minyak nabati dan minyak mentah (crude oil) yang diproses dalam kilang minyak (oil refinery). Dalam proses ini tidak ditambahkan methanol dan bahan kimia lain, sehingga biaya produksinya akan sangat murah.

·           Triple Track Strategy, Strategi Penyediaan Sumber Energi Alternatif. Retret yang dilakukan pada tanggal 1 Juli 2006 di Desa Losari, Kecamatan Grabag, Magelang telah merekomendasikan terbentuknya sebuah Tim Nasional. Institusi yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2006 ini merupakan gabungan dari berbagai departemen, instansi, BUMN, swasta, litbang, dan perguruan tinggi. Tim Nasional juga diperkuat dengan Tim Koordinasi Program Aksi Penyedian dan Pemanfaatan Energi Alternatif yang dibentuk oleh Menko Perekonomian dan Tim Sinergi BUMN dalam Rangka Penyediaan Sumber Energi Alternatif yang dibentuk oleh Menteri Negara BUMN. Tim Nasional Nasional bertugas melakukan pengembangan BBN serta melakukan tindakan untuk mempercepat pengurangan kemiskinan dan pengangguran. Misi mereka adalah triple track strategy, yakni projob, propoor, dan progrowth.

B.  Tanaman Jarak sebagai Penghasil Bahan Bakar Alternatif

Si jarak pagar yang satu ini punya banyak alias di berbagai daerah di Indonesia, antara lain: jarak kosta, jarak budeg (Sunda), jarak gundul, jarak pager (Jawa dan Bali), kalekhe paghar (Madura), lulu mau, paku kase, jarak pageh (Nusa Tenggara), kuman nema (Alor), jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene (Sulawesi), ai huwa kamala, balacai, kadoto (Maluku). Klasifikasi jarak pagar adalah sebagai berikut.

Kingdom         : Plantae

Subkingdom    : Tracheobionta

Super Divisi    : Spermatophyta

Divisi               : Magnoliophyta

Kelas               : Magnoliopsida

Ordo                : Euphorbiales

Famili              : Euphorbiaceae

Genus              : Jatropha

Spesies : Jatropha curcas L

Pohon jarak di Indonesia dikenal empat jenis yang pernah tercatat dan masuk dalam keluarga Europhorbiaceae(Soerawidjaja, 2005). Empat jenis tersebut yaitu: kaliki/kastor (Ricinus communis), jarak pagar (Jatropha Curcas Linnaeus), jarak gurita (Jatropha multifida) dan jarak landi (Jatropha gossypifolia). Keempat jenis tanaman tersebut dapat menghasilkan bahan baku pembuatan biodiesel. Minyak jarak kaliki meghasilkan biodiesel yang kurang baik karena terlalu kental, jarak gurita dan jarak landi sudah sulit ditemukan saat ini dan hanya jarak pagar yang mudah dan mungkin dibudidayakan untuk penghasil biodiesel.

Jarak pagar termasuk tumbuhan semak (shrub) dengan tinggi rata-rata sekitar 6 meter. Tanaman ini hidup di daerah tropis dan sub-tropis tersebar di Amerika, Asia dan Afrika (Prihandana dan Manurung, 2005). Nama jarak pagar karena tanaman jarak pagar dahulunya banyak digunakan sebagai pembatas areal kebun atau ladang. Penduduk pribumi pada zaman penjajahan Jepang (1942-1945) diwajibkan menanam pohon jarak pagar.

Jarak pagar banyak ditemukan sebagai tanaman liar di Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Jarak pagar saat ini dibudayakan secara komersial oleh masyarakat Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa dan Bima. Luas jarak pagar di kabupaten-kabupaten NTB adalah 1.999 ha dan melibatkan 3.999 keluarga petani yang mengolahnya. Hasil produksi tanaman jarak pagar di NTB mencapai 759,81 ton per tahun (Wirham, 2005).

Jarak pagar relatif tidak memerlukan perawatan dan tidak banyak membutuhkan air. Curah hujan yang dibutuhkan relatif sedikit dibandingkan dengan tanaman lain yang berpotensial menjadi bahan baku biodiesel. Tanaman jarak pagar bisa beradaptasi pada daerah dengan curah hujan tinggi (480 s.d 2.380 mm per tahun), namun curah hujan yang sesuai adalah 200 s.d 1.500 mm per tahun.

Tanaman jarak pagar dapat berbunga setelah 6 s.d 8 bulan. Produktivitas optimal dan stabil tanamana jarak pagar dapat diraih sejak tanaman berusia lima tahun. Jarak pagar dapat hidup mencapai umur 50 tahun. Produktivitasnya sejak usia lima tahun dapat mencapai 400 kg s.d 12 tin biji per ha per tahun.

Tanaman jarak pagar seperti juga kelapa sawit menyimpan unsur minyak pada bijinya. Tanaman kelapa sawit baru menghasilkan biji pada usia empat tahun. Kandungan minyak rata-rata pada biji jarak sekitar 1.892 liter per ha per tahun. Rendemen minyak (trigliserida) dalam inti biji jarak mencapai sekitar 55% atau setara dengan 33% dari berat total biji dan lebih besar dari pada rendemen kelapa sawit yang sekitar 20% dari bert total biji.

Minyak jarak dengan demikian lebih layak digunakan untuk biodiesel dibandingkan minyak kelapa sawit karena masa panen yang lebih cepat, tidak dikonsumsi oleh manusia dan harga jualnya bisa lebih murah. Jarak pagar selain ramah lingkungan juga menghasilkan limbah yang nihil karena daunnya dapat digunakan untuk makanan ulat sutra, antiseptik dan anti radang, getahnya dapat digunakan untuk protease (curcain) penyembuh luka dan pengobatan lain. Buah atau daging buah jarak pagar digunakan untuk bahan bakar, pupuk hijau dan produksi biogas. Biji jarak pagar dapat menghasilkan minyak biji, bungkil biji dan cangkang biji. Minyak biji akan menghasilkan produk biogas, bahan bakar insektisida dan pengobatan. Bungkil biji dapat digunakan untuk pupuk, pakan ternak, dan produksi biogas. Cangkang biji dapat digunakan untuk bahan bakar.

Minyak jarak pagar tidak kalah dengan minyak solar dan memiliki keunggulan karena proses perolehannya ramah lingkungan. Pengembangan jarak pagar memberi peluang untuk penguranagan emisi tahunan CO2 secara alami. Konsumsi solar untuk transportasi yang naik menjadi 25,5 juta kiloliter pada tahun 2005, jika 5% kebutuhannya diganti oleh biodiesel minyak jarak maka akan ada pengurangan emisi tahuanan sebesar 3,46 juta ton CO2 (Sumarsono, 2005).

Menurut Mulyani dan Las (2008) Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk pengembangan pertanian. Dari luas daratan 188,20 juta ha yang terbagi atas lahan kering 148 juta ha dan 40,20 juta ha lahan basah, memungkinkan sebagian lahan untuk ditanam tanaman penghasil bioenergi.

Puslitbang Perkebunan telah melakukan penelitian untuk memetakan daerah yang sesuai bagi pengembangan jarak pagar. Berdasarkan hasil penelitian Mulyani et al. (2007) telah ditetapkan kriteria kesesuaian lahan melalui identifikasi dan evaluasi karakteristik lahan di beberapa wilayah. Hasil identifikasi dan evaluasi tersebut menjadi basis data sumber daya lahan yang diolah dan dikelompokkan sehingga diperoleh data selang sifat dari masing-masing kualitas lahan.





































BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Jarak pagar dapat tumbuh pada tanah-tanah yang ketersediaan air dan unsurnya terbatas atau lahan-lahan marginal. Namun demikian lahan dengan air yang tidak tergenang merupakan tempat yang optimal. Bila perakarannya sudah cukup berkembang, jarak pagar dapat toleran terhadap tanah-tanah masam, terbaik pada pH 5,5-6,5.  Curah hujan tidak kurang dari 600 mm/tahun.

Terdapat beberapa variasi jarak pagar di Indonesia yang disebabkan perbedaan wilayah yang melahirkan ekotipe-ekotipe tertentu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) di Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan ditemukan beberapa variasi yakni :

a.         Kulit batang: keperak-perakan, hijau kecoklatan
b.        Warna daun: hijau muda, hijau tua
c.         Pucuk dan tangki daun: kemerahan, kehijauan
d.        Bentuk buah: agak elips, bulat
e.         Jumlah biji per kapsul: 1-4. 

Kontribusi perbedaan morfologi diatas terhadap produktivitas dan kandungan minyak tentu ada, hanya belum diketahui besarnya. Tingkat ploidy yang sama (2n=22) diduga tidak akan menghambat persilangan antar spesies dalam upaya perbaikan varietas jarak pagar.

Syarat Lokasi 

       Lokasi pembibitan dipilih yang dekat dengan areal penanaman untuk menghemat waktu dan biaya penanaman.

       Lahan sebaiknya datar dan dekat jalan untuk memudahkan pemantauan bibit dan pengangkutan dan dekat sumber air untuk menjamin kebutuhan air penyiraman.

       Tempat terbuka, sehingga sinar matahari tidak terhambat masuk ke areal pembibitan.

Benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya tanaman, dalam arti penggunaan benih bermutu mempunyai peranan yang menentukan dalam usaha meningkatkan produksi dan mutu hasil. Oleh karena itu untuk pengembangan tanaman jarak pagar diperlukan benih bermutu (memenuhi persyaratan mutu) mengingat jarak pagar termasuk jenis tanaman tahunan, maka apabila menggunakan benih tidak sesuai dengan persyaratan mutu dapat mengakibatkan kegagalan dan kerugian yang cukup besar dikemudian hari. Sumber benih adalah kebun yang memproduksi benih, untuk perorangan, pemerintah atau badan usaha yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri atau pejabat yang berwenang. Sedangkan kebun induk adalah salah satu sumber benih yang menghasilkan benih berupa biji dan telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian atau pejabat yang berwenang membidangi Perkebunan.

Penanaman jarak pagar dapat dilakukan sebagai berikut

1.    Penanaman dilakukan pada awal atau sebelum musim hujan. Tinggi bibit dari persemaian sudah mencapai minimal 30 cm.

2.    Lapangan dibersihkan dan dibuat lubang 30 cm x 30 cm x 30 cm, jarak tanam 2m x 2m, lalu dibiarkan selama 2 – 3 minggu.

3.    Setelah bibit ditanam, bulan berikutnya dilakukan pembersihan gulma setiap bulan sampai 4 bulan berikutnya.

4.    Pemupukan pada tahun pertama dilakukan 1/3 dosis dan tahun selanjutnya dengan dosis penuh. Dosis tersebut adalah 50 kg urea, 150 kg SP-36, dan 50 kg KCl / ha. Pada tanah yg kurang subur harus diberi kompos atau pupuk kandang sebanyak 2,5 – 5 ton / ha. Porsi urea dan KCl bisa ditingkatkan sampai maksimum 2 kali lipat.

5.    Pemangkasan dilakukan sejak tanaman mencapai tinggi 1 m (umur 1 tahun). Pemangkasan pada ketinggian 20 cm dari pangkal batang, dilakukan setiap tahun untuk setiap trubusan baru.

Panen
Panen biji perlu dilakukan secara benar agar tidak diperoleh biji hampa, kadar minyak rendah, dan bahkan akan menyebabkan minyak menjadi asam. Berikut  beberapa cara penanganan biji di lapangan :

1.    Panen dilakukan pada buah yang telah masak dengan ciri kulitnya hitam atau kulit buah terbuka.

2.    Cara pemanenan yang efisien, yaitu buah diambil per malai dengan syarat jumlah buah yang matang lebih banyak dari buah mentah.

3.    Buah sebelum disimpan terlebih dahulu dikeringkan untuk keperluan produksi minyak. Buah dapat langsung dikeringkan di bawah sinar matahari setiap hari sampai kulit buah mudah dipisahkan dari biji secara manual, tetapi untuk benih cukup diangin – anginkan atau dikeringkan di dalam oven suhu 60­ 0C.

4.    Pemisahan kulit buah dilakukan dengan menggunakan tangan atau mesin. Selanjutnya, biji dikeringkan setiap hari sampai benar – benar kering (kadar air 7 – 10 %). Setelah kering, biji disimpan di dalam kantong plastik. Kantong – kantong plastik tersebut dimasukkan ke dalam karung plastik yang ditutup rapat menggunakan tali, kemudian disimpan di atas lantai beralas bata atau papan. Kemasan harus dihindarkan dari kontak langsung dengan lantai agar tidak lembab.

Tanaman ini seperti juga kelapa sawit menyimpan unsur minyak pada bijinya. Rendemen minyak (trigliserida) dalam inti biji jarak mencapai sekitar 35 % dan lebih besar dari pada rendemen kelapa sawit yang sekitar 22 % dari berat total biji. Minyak jarak dengan demikian lebih layak digunakan untuk biodiesel dibandingkan minyak kelapa sawit karena masa panen yang lebih cepat, tidak dikonsumsi oleh manusia dan harga jualnya bisa lebih murah.
Jarak pagar selain ramah lingkungan juga menghasilkan limbah yang nihil karena daunnya dapat digunakan untuk makanan ulat sutra, antiseptik dan anti radang, getahnya dapat digunakan untuk protease (curcain) penyembuh luka dan pengobatan lain. Buah atau daging buah jarak pagar digunakan untuk bahan bakar, pupuk hijau dan produksi biogas. Biji jarak pagar dapat menghasilkan minyak biji, bungkil biji dan cangkang biji. Minyak biji akan menghasilkan produk biogas, bahan bakar, insektisida dan pengobatan. Bungkil biji dapat digunakan untuk pupuk, pakan ternak dan produksi biogas. Cangkang biji dapat digunakan untuk bahan bakar.

Organisme Pengganggu Tumbuhan Jarak Pagar

Salah satu aspek yang biasanya kurang mendapatkan perhatian serius adalah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Banyak orang yang menanggap tanaman ini sebagai tanaman yang beracun dan mempunyai sifat fungisidal, sehingga tidak perlu menghawatirkan adanya serangan OPT, tetapi dari hasil laporan diketahui ada beberapa hama dan penyakit yang menimbulkan kerusakan secara ekonomi sangat merugikan bagi perkebunan jarak. Laporan tersebut harus dijadikan peringatan yang perlu menjadi perhatian kita, sebelum hal tersebut menimpa perkebunan jarak yang akan dan sedang dikembangkan. Untuk mengurangi kerugian karena serangan OPT tersebut perlu dilakukan usaha perlindungan yang efektif. Kegiatan perlindungan dimulai dari pengenalan identifikasi hama dan penyakit, pengamatan secara teratur serta pengambilan keputusan untuk pengendaliannya dengan mengimplementasikan system pengendalian hama terpadu (PHT).

Hama yang menyerang jarak pagar diantaranya: Thrips (Famili Thripidae : Ordo Thysanoptera), Tungau (Famili Eriophydae dan family Tarsonemidae : Ordo Acarina), Kutu Bertepung Putih (Ferrisia Virgata Cockerell dan Nipaecoccus Viridis Newstcad) (Famili Pscudococcidae : Ordo Homoptera), Kepik Lembing (Chrysochoris javanus Westw) (Famili Pentatomidae : Ordo Hemiptera), Uret (LcucophoZis sp. Dan Exopholis sp.) (Famili Scarabacidae : Ordo Coleoptera).

Penyakit yang dapat menyerang tanaman jarak pagar antara lain: penyakit bercak daun coklat, penyakit layu Fusarium, penyakit Lanas, penyakit daun bakteri. Berdasarkan pengamatan di kebun jarak di Cianjur, Jawa Barat, gulma yang dominan pada pertanaman jarak pagar adalah : babandotan (Ageratum conyzoides), kirinyuh (Chromolaena odonata), teki (Cyperus sp) dan goletrak (Borreria alata).

Potensi Manfaat

·      Sebagai Sumber Energi. Minyak yang dihasilkan dari jarak pagar sangat potensial sebagai bahan bakar alternatif. Bahan bakar diesel adalah hidrokarbon yang mengandung 8-10 atom karbon per molekul sedangkan yang berasal dari jarak pagar mengandung 16-18 atom karbon per molekul sehingga lebih kental dan mempunyai daya pembakaran yang rendah dengan karakteristik sebagai berikut :

v  Karakteristik minyak jarak: Angka lodium 97,7 dan Angka Penyambungan 103,3

v   Karakteristik ester metal jatropha Angka Setana (Cetan Number) 51 (biodiesel): Viskositas 4,84 cSt LHV 41 MJ jKg 

Disamping itu terdapat manfaat lain yang dapat dikembangkan yaitu sebagai bahan untuk pembuatan sabun, obat-obatan, bahan kimia dan bungkil/ampasnya untuk pupuk organik karena mengandung Nitrogen (N) dan bahan-bahan organik lainnya.Getah jarak pagar banyak mengandung tannin (18%) yang digunakan sebagai obat kumur dan gusi berdarah serta obat luka, sedang biji jarak pagar mengandung 35-45 % minyak kurkas (curcas oil) dan senyawa protcin racun keras (texal bumin) yang digunakan sebagai obat gosok untuk penyakit encok dan daunnya untuk obat luka pada penyakit kulit. Disamping sebagai tanaman pagar juga untuk tanaman penghijauan disepanjang jalan karena daunnya tidak disukai hewan ternak sehingga dapat melindungi tanaman utama.

Selain potensi pengguna di atas, ada beberapa manfaat serta dampak jika program penanaman tanaman jarak ini direalisasikan, antara lain:

1.    Sebagai tanaman untuk program reboisasi lahan kritis/tandus/non-produktif. Budidaya tanaman jarak pagar akan mampu mengurangi lahan kritis/tandus/non-produktif di Indonesia seluas + 1,5 juta ha jika minyak jarak pagar dapat  mengganti kebutuhan solar sebanyak + 5 juta liter.

2.    Menarik para investor luar guna menanamkan modalnya untuk membudidayakan tanaman jarak pagar di Indonesia.

3.    Menyerap cukup banyak tenaga kerja/mengurangi jumlah pengangguran.

4.    Mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui peningkatan pendapatan, baik dari hasil penjualan bibit jarak maupun minyak jarak.

5.    Mengembalikan fungsi lingkungan, khususnya menghijaukan kembali kawasan gundul, mengembalikan fungsi lahan kritis sekaligus menjaga kelestarian sumber mata air.


























BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.        Jarak pagar layak untuk dibudidayakan
2.        Syarat lahan yang dibutuhkan untuk pembududayaan jarak pagar tidak banyak kriteria.
3.        Baik dari segi finansial dan juga akomodasi tenaga kerja, pembududayaan jarak pagar ini
dinilai memberi banyak manfaat.
B. Saran
1.        Program nasional dalam pengadaan bahan bakar nabati sangat tepat diimplementasikan
di lapangan.
2.        Perlu adanya penilitian lanjut tentang budidaya jarak pagar sehingga dapat dijadikan
acuan oleh berbagai pihak yang berkepentingan.












DAFTAR PUSTAKA

Hambali, Erliza. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Jakarta: Penebar Swadaya.
Henning, R.K. 2004. The Jatropha System. Economy and Dissemination Strategy. Intergrated Rural Develpoment by Utilization of Jatropha curcas L. (JCL) as Raw Material and as Renewable Energy. Germany: International Conference “Renewable Energy”.
Prihandana, R. 2006. Menuju Desa Mandiri Energi. Jakarta: Proklamasi Publishing House.
Prihandana, R., R. Hendroko. 2007. Petunjuk Budidaya Jarak Pagar. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Puslitbangbun. 2007. Bahan Bakar Nabati Asal Tanaman Perkebunan sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah untuk Rumah Tangga. Perspektif 6(1): 10-18.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proposal Praktek Kerja Lapangan Agroekoteknologi

MAKALAH PENYIMPANAN BENIH

Perkembangan zaman dan moral seorang pelajar