Pengelolahan Tanah Berlanjut
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara
fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang
tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan
anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu,
Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota
(organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara
integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan
produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun
kehutanan
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa penyebab kesuburan tanah rendaah?
2.
Upaya apasaja yang daapat meningkatkan
kesuburan tanah?
3.
Apa penyebab keberadaaan unsur beracun?
4.
Apa saja yang bisa mengurangi ketersediaan
oksigen bagi tanaman?
5.
Apa penyebab ketersediaan ogsigen dalam
tanah rendah?
6.
Upaya apa saja yang dapat meningkatkan
oksigen tanah?
7.
Apa penyebab kegiatan biologi dalam tanah
rendah?
8.
Upaya apasaja yang dapat meningkatkan
kegiatan biologi tanah?
TUJUAN
1.
Dapat memahami penyebab kesuburan tanah
rendah
2.
Mengetahui apasaja yang dapat meningkatkan
kesuburan tanah
3.
Mengetahui penyebab keberadaan unsur
beracun
4.
Mengetahui penyebab ketersediaan oksigen
rendah
5.
Mengetahui penyebab ketersediaan oksigen
dalam tanah rendah
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENYEBAB KESUBURAN
TANAH RENDAAH
a.Alih Guna Hutan Menjadi Tanaman
Semusim.
alih guna lahan dari utan menjadi tanaman semusim mengakibatkan perubahan
sistem yang terdapat didalamnya. Sehingga tanah yang sebelumnya subur karena
sirklus hara yang tertutup, saat penggunaan lahan menjadi pertanian intensif
unsur hara terserap terus menerus tanpa adanya masukan BO dari sekitarnya.
b.Pola Tanam Yang Salah.
Pola tanam yang duterapkan petani salah dengan adanya satu jenis komoditas
yag ditanam setiap musimnya tanpa adanya pergiliran tanaman, sehingga unsur
hara yang ada di tanah diambil secara terus menerus sesuai dengan kebutuhannya.
c.Penggunaan Pupuk Kimia Secara Terus
Menerus.
Penggunaan pupuk kimia yang diterapkan petani selama revolusi hijau
menjadikan kerusakan tanah karena residu yang disebabkan bahan kimia. Tanah
yang terkena bahan kimia terus menerus akan mengalami degradasi kesuburan dan
mengalami ketergantungan akan bahan kimia.
d.Terjadinya Erosi.
Terjadinya erosi mengakibatkan kesuburan tanah menurun sebab bagian top
soil yang subur tererosi. Semakin besar erosi yang terjadi kesuburan tanah juga
akan menurun drastis dan mengakibatkan longsor yang malah mengakibatkan
kehilangan solum tanah.
e.Terjadinya Leaching Unsur Hara.
Leaching atau pencucian akan mengakibatkan kehilangan unsur hara karena
terbawa oleh air turun ketanah yang paling bawah sehingga slit diambil akar
bahkan tidak dapat diambil akar tanaman.
f.Terjadinya Penguapan Unsur Hara.
Penguapan unsur hara dapat menyebabkan kesuburan tanah menurun dikarenakan
tanah tidak tertutup tanaman, sehingga sinar matahari dapat langsung mengenai
tanah.
B.UPAYA
MENINGKATKAN KESUBURAN TANAH
1. Lakukan Pelapisan (Layering)
Tanah pada bedeng dapat diberi
lapisan-lapisan lewat dua teknik: gali (dig) atau
tanpa gali (no dig). Pada teknik pertama, tanah digali secukupnya,
kemudian diberi lapis demi lapis bahan-bahan organik serta tanah. Pada teknik
tanpa gali, lapisan-lapisan bahan organik dan tanah cukup ditumpuk-tumpuk di
atas permukaan tanah hingga ketinggian tertentu.
Layering bisa diartikan membuat kompos langsung pada tanah,
sehingga ketika bahan-bahan organik terurai, nutrisi langsung diserap oleh
tanaman. Banyak sekali bahan organik yang dapat dijadikan lapisan-lapisan
penyubur tanah. Daun-daun hijau, daun-daun kering, jerami, batang tanaman,
ranting tanaman, kertas biasa, kertas koran, kertas kardus, kulit buah, kulit
kacang-kacangan, dan bahan-bahan yang cepat terurai lain bisa dimanfaatkan. Semakin
kecil potongan-potongannya, semakin cepat bahan-bahan organik terurai oleh
perubahan suhu dan mikroorganisme.
2. Tambahkan Kotoran Binatang
Untuk mempercepat proses penguraian
bahan-bahan organik oleh suhu tinggi dan mikroorganisme, sekaligus untuk
menambahkan unsur-unsur hara berkadar tinggi khususnya nitrogen, tambahkan
kotoran binatang (manure) di permukaan tanah atau dalam proseslayering. Utamakan kotoran dari binatang pemakan
rumput seperti sapi, kambing, kuda, atau kelinci.
Untuk meminimalisir kontaminasi
bibit-bibit penyakit, gunakanmanure dari peternak rumahan atau peternakan
kecil. Disarankan pula untuk menggunakan kotoran yang sudah dibiarkan selama
tiga bulan (sudah dibiarkan di kandang selama tiga bulan; atau berada
dalam kompos selama tiga bulan sebelum ditabur; atau beri jeda tiga bulan
antara penaburan kotoran dan pemanenan tanaman khususnya yang diambil umbi atau
daunnya).
3. Sayangi Makhluk-Makhluk
Mungil
Tanah
adalah rumah bagi makhluk-makluk kecil. Di dalam tanah yang sehat, milyaran
organisme mikro mulai dari yang kasat mata seperti cacing hingga yang tak
kasat mata seperti bakteri melakukan proses penguraian bahan-bahan organik
agar menjadi nutrisi bagi tanaman. Mereka juga membuat rongga-rongga kecil
sehingga udara bisa masuk ke tanah.
Dua
poin sebelumnya, yakni melakukan pelapisan tanah serta pemberian kotoran
binatang, termasuk cara untuk menyayangi dan mengembangbiakkan makhluk-makhluk
mungil ini. Cara lainnya adalah dengan tidak menggunakan bahan-bahan kimia
berbahaya, entah itu pestisida, herbisida, maupun pupuk non-organik. Selain
berbahaya bagi kesehatan manusia, bahan-bahan tidak alami tersebut juga dapat
memusnahkan mikroorganisme bermanfaat yang sesungguhnya merupakan modal utama
terjaganya kesuburan tanah.
Contoh
lain adalah dengan tidak menginjak dan tidak menggemburkan tanah bedeng yang
sudah jadi. Bayangkan, setelah bedengmu jadi dan makhluk-makhluk kecil tadi
mulai beraktivitas untuk membuatnya subur, tiba-tiba mereka terinjak di bawah
kakimu, atau tercerai-berai oleh cangkul. Nah, apalagi kalau yang digunakan
adalah alat-alat berat seperti traktor
C.PENYEBAB KEBERADAAAN
UNSUR BERACUN
1. Limbah Organic
Limbah organic merupakan limbah
yang lebih ramah dibandingkan dengan limbah anorganik. Situasi ini terjadi
karena limbah organic and natural mampu diuraikan balik oleh mikroorganisme di
pada tanah sehingga tidak setelah berbahaya bagi tanah tersebut sendiri. Jenis
limbah di sini. misalnya saja tinja / feses, oli, cat, sampah rumah tangga yang
yang tumbuhan.
2.Limbah Anorganik
Limbah anorganik ini ialah jenis
limbah yang gak mampu mengalami penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme
lain seperti jamur dan bakteri. Contoh dari limbah anorganik ini misalnya
adalah limbah kantong plastic, kaleng bekas, botol minuman, bekas botol air
mineral dan sebagainya.Limbah anorganik ini memerlukan tindakan pembuangan yang
wajib diatur sedemikian rupa agar tidak membuat kerugian di dalam tanah dan
juga makhluk hidup lainnya karena tanah menjadi tercemar oleh hadirnya limbah
ini.
3.Limbah Industri
Limbah industri di sini. bisa
berasal dari limbah indsutri kecil dari perumahan atau limbah industri tidak
kecil berskala pabrik. Limbah di sini. bisa juga berasal yang dunia usaha
hotel, griya makan, pasar, perdagangan, lingkungan wisata, instansi pemerintah
lalu swasta, dan lainnya. limbah yang dihasilkan bisa berupa limbah padat
maupun cair dan organic and natural maupun anorganik.
4.Limbah Pertanian
Limbah dri hasil pertanian ini jua
mampu menyebabkan pencemaran tanah. misalnya saja adalah dengan penggunaan
pupuk atau pestisida pada pertanian sehingga mengakibatkan tanah menjadi
tercemar. Andai penggunaan pestisida dan pupuk ini sudah melebihi penentu
wajarnya maka akan mengakibatkan hal yang tidak diinginkan termasuk rusaknya
hasil tanaman dan juga hasil tanaman yang tidak optimal pula.
D.
PENYEBAB KETERSEDIAAN OKSIGEN BAGI TANAMAN
a. Cekaman Kekurangan Oksigen Tumbuhan yang disiram
terlalu banyak air bisa mengalami kekurangan oksigen karena tanah kehabisan
ruangan udara yang menyediakan oksigen untuk respirasi seluler akar. Keadaan
lingkungan kekurangan O2 disebut hipoksia, dan keadaan lingkungan tanpa O2
disebut anoksia (mengalami cekaman aerasi) .
Beberapa tumbuhan secara struktural diadaptasikan ke
habitat yang sangat basah. Sebagai contoh, akar pohon bakau yang terendam air,
yang hidup di rawa pesisir pantai, adalah sinambungan dengan akar udara yang
menyediakan akses ke oksigen
b. Hambatan utama yang disebabkan adanya rendaman pada
spesies yang tidak bisa beradaptasi terhadap kekurangan oksigen adalah karena
difusi oksigen di air lebih lambat dibanding dengan di udara. Hal lainnya
adalah adanya perubahan level hormon etilen dan beberapa produk metabolisme
anaerobic oleh mikroorganisme tanah seperti Mn2+, Fe2+, S2, H2S dan asam karbolat.Selanjutnya,
jika tanaman terendam secara total akan mengakibatkan kekurangan
karbondioksida, cahaya, dan oksigen sehingga dapat mengakibatkan kematian
tanaman.
E. KONSERVASI TANAH DAN REHABILITASI LAHAN
Erosi merupakan salah satu
penyebab menurunnya produktivitas
lahan kering, terutama yang dimanfaatkan untuk usaha tani tanaman
semusim seperti tanaman pangan. Hasil penelitian me- nunjukkan
budi daya
tanaman pangan semusim tanpa disertai konservasi tanah menyebabkan erosi berkisar
antara 46351 t/ha/tahun
Erosi bukan hanya
mengangkut material tanah,
tetapi juga hara dan bahan organik, baik yang terkandung di
dalam tanah maupun yang berupa input pertani- an. Erosi juga merusak sifat
fisik tanah. Oleh karena itu, penerapan teknik konser-
vasi merupakan salah satu prasyarat
keberlanjutan usaha tani pada lahan ke- ring. Target yang harus dicapai adalah menekan erosi
sampai di bawah batas toleransi, dengan kisaran antara 1,1013,50 t/ha/tahun, bergantung pada sifat tanah
dan substratanya.Untuk menekan erosi sam- pai
di bawah ambang batas toleransinya, beberapa
jenis teknik
konservasi dapat diterapkan dengan memperhatikan
per- syaratan teknis
F.
Pengelolaan Air Pertanian
Kelangkaan air sering kali menjadi
pem- batas utama dalam
pengelolaan lahan kering. Oleh karena
itu, inovasi teknologi pengelolaan air dan iklim
sangat diperlu- kan, meliputi
teknik panen hujan (water harvesting), irigasi suplemen, prediksi
iklim, serta penentuan masa tanam dan pola tanam.
Pemanenan air dapat
dilakukan dengan menampung
air hujan atau aliran
permukaan pada tempat penampungan sementara atau permanen, untuk
diguna- kan mengairi tanaman
Oleh karena itu,
pemanenan air selain berfungsi menyediakan air irigasi pada musim
kemarau, juga dapat me- ngurangi risiko banjir pada musim hujan. Teknologi
ini bermanfaat untuk lahan yang tidak mempunyai
jaringan irigasi atau sumber air bawah
permukaan (ground water). Di daerah arid dan semiarid banyak
dipraktekkan teknik modifikasi
mikrorelief seperti pematang
setengah lingkar (half moon dykes), rorak, sistem gulud menurut
kontur, gulud berblok,
dan lain-lain.
Embung, kedung, dan
dam parit
juga merupakan teknik panen air
yang telah berkembang di beberapa
daerah di Indonesia. analisis ekonomi yang komprehensif
tentang manfaat dan keuntungan
pembuatan bangunan pe- manen air seperti embung.
Irigasi suplemen merupakan istilah yang digunakan dalam pemberian
dan pendistribusian air pada lahan kering, yang mencakup
dua aspek penting, yaitu besar-
nya air yang diberikan dan interval pem- beriannya. Jumlah air yang diberikan
ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang
air, serta sarana irigasi yang
tersedia. Berdasarkan sarana
irigasi yang digunakan,
sistem irigasi suplemen terdiri
atas: 1) irigasi permukaan, 2) irigasi bawah
permukaan, 3) irigasi sprinkle, 4) irigasi tetes, dan 5) kombinasi
dari dua atau lebih
sistem (irigasi hybrid). Tersedianya
sarana irigasi memungkinkan pemberian air dapat
dilakukan lebih teliti.
Untuk irigasi tetes
G.
PENYEBAB KEGIATAN BIOLOGI DALAM TANAH RENDAH
a.
Sifat Fisik Tanah (Ruang pori dan air tanah, temperatur, tekanan udara, dan
radiasi elektromagnetik)
b. Sifat Kimia Tanah (komposisi udara tanah, potential potential REDOX, pH, sumber Karbon dan hara, komposisi ionik, faktor tumbuh
I. FAKTOR BIOTIK
a. Sumber Karbon dan unsur hara
b. Interaksi antar biota tanah
b. Sifat Kimia Tanah (komposisi udara tanah, potential potential REDOX, pH, sumber Karbon dan hara, komposisi ionik, faktor tumbuh
I. FAKTOR BIOTIK
a. Sumber Karbon dan unsur hara
b. Interaksi antar biota tanah
H.
UPAYA YANG DAPAT MENINGKATKAN KEGIATAN BIOLOGI TANAH
Di dalam tanah, berdasarkan fungsinya dalam budidaya pertanian, secara umum
terdapat dua golongan jasad hayati tanah, yaitu yang menguntungkan dan yang
merugikan. Jasad hayati yang menguntungkan ini, yaitu yang terlibat dalam
proses dekomposisi bahan organik, pengikat/penyediaan unsur hara dan atau
pembentukan serta perbaikan struktur tanah. Sedangkan jasad yang merugikan
adalah yang memanfaatkan tanaman hidup, baik sebagai sumber pangan atau sebagai
inangnya, yang disebut sebagai hama atau penyakit tanaman maupun sebagai
kompetitor dalam penyerapan hara dalam tanah.
Secara umum biota (jasad hayati) tanah dikelompokkan menjadi dua.
1. Fauna, meliputi:
a. Makro fauna, terdiri dari herbivora (pemakan tanaman) dan karnivora
(pemangsa hewan-hewan kecil). Herbivora meliputi cacing (Annelida),
bekicot (Mollusca), Arthopoda, yaitu Crustacea seperti
kepiting, Chilopoda seperti kelabang, Diplopoda seperti
kaki seribu,Arachnida seperti kutu dan kalajengking, dan serangga (Insecta);
seperti belalang, kumbang, rayap, jangkrik dan semut; serta hewan-hewan kecil
lain yang bersarang dalam tanah, seperti ular, tikus, kadal dan lain-lain;
kanivora meliputi serangga, rayap, dan laba-laba.
b. Mikro fauna berupa pemangsa parasit, meliputi nematoda, protozoa,
dan rotifera.
2. Mikroflora meliputi:
a. Ganggang,
terdiri dari ganggang hijau dan hijau-biru.
b. Cendawan,
meliputi jamur, ragi, dan kapang.
c. Bakteri,
aerobik dan anaerobik. Bakteri aerobik meliputi Azotobakter,
Beijerinkia, Rhizobium dan Azospirillum. Bakteri anaerobik
meliputi Desulfovibrio.
Jasad hayati tanah ini berdasarkan ukurannya dipilih menjadi tiga
a. Makrobia
: jika berukuran di atas 10 mm.
b. Mesobia
: berukuran 0,2-10 mm.
c. Mikrobia
: berukuran < 0,2 mm (200 mm)
Berdasarkan cara memperoleh energi, mikrobia tanah dibedakan menjadi dua
Kelompok, yaitu
(1) Kelompok yang memperoleh energi dari sinar matahari, dikenal sebagai
kelompok fototrof
(2) Kelompok yang memperoleh energi dari oksidasi senyawa anorganik,
seperti senyawa N (amonia dan nitrit), sulfur, zat besi atau senyawa karbon
sederhana, dan metana. Kelompok kedua ini dikenal sebagai kelompok kemotrof.
Selain itu berdasarkan sumber karbon yang digunakannya, mikrobia tanah
dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu:
(1) Kelompok yang menggunakan CO2, HCO3,
CO3 sebagai sumber carbon yang dikelompokkan dalam ototrof
(litotrof), dan
(2) Kelompok yang menggunakan C organik sebagai sumber karbon
dan dikelompokkan dalam heterotrof (organotrof).
Mikroflora yang tergolong fototrof meliputi alga, sianobakter, bakteri
lembayung dan hijau. Mikroflora yang tergolong fotohetotrof adalah
bakteri lembayung non sulfur, dan heliobakteri (bakteri pembentuk
endospora, Bascillus dan Closdtridium). Mikroflora
yang tergolong kemotrof antara lain bakteri pengoksidasi NH4+ (Nitrobacter),
dan pengoksidasi nitrit.
Kelompok mikroflora kemoototrof dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Kelompok yang menggunakan CO2 antara lain
bakteri Nitrosomonas, bakteri pengoksidasi sulfur (Thiobacillus
thiooxidans), bakteri pengoksidasi Fe (Thiobacillus ferrooxidans)
dan
2. Kelompok yang menggunakan HCO3, contoh Pseudomonas sp.
Mikroflora yang termasuk kelompok kemoheterotrof adalah bakteri perombak
selulosa.
Berdasarkan keberadaannya dalam tanah, dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu:
1. Mikrobia otokton (autochtonous), yakni mikrobia setempat
pada tanah-tanah tertentu dan atau bersifat endemik, contohnya bakteri Azospirillum
halopraeferenyang selalu ditemukan di tanah salin;
2. Mikrobia zymogen, yaitu mikrobia yang pertumbuhannya
dipengaruhi oleh adanya perlakuan khusus seperti penambahan pupuk, bahan
organik dan pengelolaan tanah. Selain itu dikenal juga mikrobia trasien, yaitu
mikrobia yang keberadaannya di dalam tanah bersifat sebagai penetap sementara.
Mikrobia trasien umumnya merupakan mikrobia yang diintrodusir ke dalam tanah baik
disengaja ataupun tidak disengaja
Berdasarkan spesifikasi fungsinya, jasad hayati tanah digolongkan menjadi
jasad spesifik fungsional jika fungsinya dalam tanah bersifat spesifik,
misalnya bakterinitrosomonas dan nitrobacter yang
berperan dalam nitrifikasi, bakteri rhizobium yang berperan
dalam fiksasi N bebas, endomikoriza yang berperan dalam penyediaan dan
penyerapan harap oleh tanaman. Serta jasad nonspesifik fungsional jika berperan
tidak spesifik, misalnya mikrobia dekomposer bahan organik.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tanah adalah rumah bagi makhluk-makluk kecil. Di dalam
tanah yang sehat, milyaran organisme mikro mulai dari yang kasat mata
seperti cacing hingga yang tak kasat mata seperti bakteri melakukan proses
penguraian bahan-bahan organik agar menjadi nutrisi bagi tanaman. Mereka juga
membuat rongga-rongga kecil sehingga udara bisa masuk ke tanah.
Dua poin sebelumnya, yakni melakukan pelapisan tanah
serta pemberian kotoran binatang, termasuk cara untuk menyayangi dan
mengembangbiakkan makhluk-makhluk mungil ini. Cara lainnya adalah dengan
tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya, entah itu pestisida, herbisida,
maupun pupuk non-organik. Selain berbahaya bagi kesehatan manusia, bahan-bahan
tidak alami tersebut juga dapat memusnahkan mikroorganisme bermanfaat yang
sesungguhnya merupakan modal utama terjaganya kesuburan tanah.
Komentar
Posting Komentar